Featured Post

Berterima Kasih Atas Segala Hal

Seorang anak kecil usia 4 tahun diminta untuk berterima kasih saat doa sebelum makan malam Natal. Para anggota keluarga menundukkan kepala...

Benih Apel: Cerita tentang Kekuasaan & Kejujuran

Seorang pencuri akhirnya dijatuhi hukuman mati setelah ia tertangkap mencuri makanan dari pasar lokal. Saat ia menunggu nasibnya, sambil duduk di penjara bawah tanah jauh di bawah tiang gantungan, ia mengirim pesan kepada penjaga penjara bahwa ia memiliki suatu hadiah rahasia yang ingin diberikan kepada Raja sebelum ia dieksekusi.

"Ini adalah tentang kekuatan ajaib yang selalu dilakukan oleh orang-orang dalam keluarga saya," katanya kepada penjaga. "Saya tahu bagaimana menanam biji apel dan membuatnya tumbuh menjadi pohon yang berkembang subur dalam semalam, dan berbuah pada esok harinya. Saya ingin menyampaikan rahasia ini kepada Raja, sehingga rahasia ini tidak ikut mati bersama saya."

Setelah diberitahukan tentang hal ini, Raja cukup penasaran dan menyuruh si pencuri untuk dibawa ke hadapannya. "Jika kamu memiliki kemampuan seperti itu," Raja bertanya, "kenapa kamu mencuri roti di pasar ketika kamu bisa berkelimpahan dengan cara menumbuhkan buah di halaman belakang rumahmu sendiri?"

"Inilah kisah sedih saya," jawab si pencuri. "Benih itu sendiri hanya dapat ditanam oleh seseorang yang tidak pernah tercela, tidak pernah berbohong, curang atau mencuri apapun selama hidupnya. Saya kehilangan kemampuan itu tahun lalu karena telah berbohong kepada wanita yang saya cintai. Namun keajaiban dari bibit apel ini tidaklah hilang - benih ini hanya perlu ditanam ke dalam tanah oleh seseorang yang berbudi luhur. Seseorang yang tidak pernah melakukan salah satu dari hal-hal yang saya sebutkan tadi."

Mendengar hal ini, Raja memanggil Perdana Menteri-nya. Ketika Perdana Menteri itu tiba, Raja menjelaskan situasinya dan bertanya apakah ia bisa menanam benih itu. Namun Perdana Menteri ragu-ragu.

"Kenapa kamu ragu?" Tanya sang Raja.

"Aku pernah mencuri sesuatu," jawab Perdana Menteri malu-malu. "Ketika saya masih muda. Saya tahu itu salah, tapi saya tidak bisa menahan diri waktu itu karena saya harus bertahan hidup. Saya minta maaf karena mengatakan bahwa benih itu tidak akan tumbuh jika saya yang menanamnya."

Karena kecewa, Raja menoleh ke Kepala Bendahara kerajaan, tapi setelah melihatnya, Raja tahu bahwa wajahnya berubah menjadi merah. "Apakah kejujuran yang telah kamu khianati?" Raja bertanya kepadanya. "Terlihat jelas di wajahmu bahwa benih itu tidak akan tumbuh bila kamu yang menanamnya."

Sang Kepala Bendahara menjawab bahwa ia tidak selalu benar-benar jujur ​​dalam berurusan dengan keuangan yang diurusinya. "Tapi itu selalu untuk keuntungan kerajaan!" Tegasnya. "Selalu untuk kepentingan kerajaan kita sendiri. . . Negara-negara tertentu tidak diberikan kewajiban utang secara penuh dalam kasus-kasus tertentu, dan sayalah yang memberikan keputusan akhir dalam kasus-kasus seperti itu. Saya khawatir, yang mulia Raja, bahwa benih itu tidak akan tumbuh bila saya yang menanamnya. "Sang Kepala Bendahara tampak melihat Raja dengan sangat serius." Paduka Raja, Andalah yang harus menanam benih itu. Tentunya kebajikan Anda melebihi semua orang lain!"

Pada moment seperti ini Raja terdiam. Dia segera ingat bagaimana, di masa mudanya, ia tidak setia kepada istrinya. Dia menunduk, mengakui bahwa dia juga tidak akan mampu untuk menanam benih itu.

Si pencuri, yang compang-camping dan dirantai, melihat mereka semua dengan penuh perhatian. "Tiga orang paling berkuasa di seantero negeri ini, yang memiliki kehidupan sangat mewah tak terhingga, namun tak satu pun dari Anda yang bisa menanam benih kecil ini, sementara saya, seorang warga biasa yang rendah ini, kelaparan makanan dan menginginkan roti, saya dihukum mati. Sungguh suatu pemandangan yang mengerikan!"


Post artikel "Cerita dari Sang Guru' lainnya:

No comments:

Post a Comment